Anak adalah nikmat besar yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada kita. Akan tetapi tidak semua dari kita mengerti bagaimana menjaga nikmat tersebut. Menjaga akhlaq dan keimanan mereka adalah yang harus diutamakan. Itulah yang diharap dan diinginkan oleh anak biar tidak diucap oleh lidah mereka.
Orang tua cerdas dan bijak adalah orang yang senantiasa tahu apa yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. Dan diantara hal yang dibutuhkan oleh anak tidak ada yang melebihi dari pentingnya keselamatannya kelak setelah kehidupan di dunia ini. Jika ada orang tua yang begitu semangat menyekolahkan anaknya di pendidikan tinggi dengan harapan agar anaknya kelak mendapatkan pekerjaan yang layak dan menguntungkan dari segi materi. Atau seorang tua membekali modal besar untuk anaknya agar bisa mandiri dan makmur dalam kehidupannya di dunia ini. Sungguh ia adalah orang tua yang cerdas, senantiasa berfikir akan masa depan sang anak. Akan tetapi seorang tua tersebut akan menjadi tidak bijak lagi jika ternyata melupakan masa depan yang lebih lama lagi yaitu kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.
Ada masa depan nanti di alam barzah yang tidak hanya enam puluh atau seratus tahun akan tetapi ribuan tahun, dan bersama penantian itu sang anak akan menuai apa yang diperbuat saat di dunia dulu. Dan nanti setelah kehidupan alam barzah akan dilanjutkan menuju kebahagiaan yang hakiki atau kesengsaraan yang hakiki di syurga atau di neraka.
Siapa yang rela jika anaknya disiksa di alam barzakh dan di akhirat nanti? Disiksa karena kita sebagai orang tua tidak pernah memikirkan masa depan mereka setelah kehidupan ini. Disiksa karena kita sebagai orang tua telah tidak memikirkan bekal anak-anak kita di kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.
Kita mungkin akan mudah tanggap jika anak kita gagal ujian akhir di sekolah atau universitas, atau gagal dalam sebuah usaha dagangnya. Akan tetapi kenapa kita tidak mudah tanggap dengan anak kita yang malas melakukan shalat atau mulai melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah? Sungguh bahasa cinta adalah amat indah dan akan menghadirkan keindahan. Cinta yang sesungguhnya kepada anak akan diterjemahkan dengan kepedulian terhadap masa depan anak. Dan tidak ada masa depan yang sesungguhnya selain masa depan di akhirat. Bukan cinta yang sesungguhnya bagi orang tua yang hanya ingin membahagiakan anaknya selama enam puluh tahun sepanjang hidupnya di dunia lalu melupakan kehidupan yang lebih lama setelah di dunia ini.
Yang berani membiayai sekolah anaknya untuk mencari ilmu dunia dengan biaya mahal tentu akan rela membiayai anaknya untuk mengambil bekal di akhirat dengan biaya yang lebih mahal. Jika masih ragu untuk yang demikian itu maka sangat diragukan kecintaan orang tua tersebut terhadap anaknya bahkan sangat mungkin diragukan keimanannya kepada kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.
Dan tidak sampai disini, orang tua yang lalai memikirkan kebahagian anaknya kelak di akhirat akan menemukan kesengsaran yang amat sangat seperti yang pernah dikisahkan oleh Rasulullah SAW. Kisah orang ahli ibadah yang hendak menuju ke syurga akan tetapi tiba-tiba ada yang menyeru dari dasar neraka jahannam menginginkan agar orang yang hendak masuk surga itu dimasukkan ke neraka bersamanya. Melihat kejadian seperti ini Malaikat menghadap kepada Allah SWT dan Allah SWT memerintahkan Malaikat agar menggiring orang tersebut ke neraka. Ia adalah orang tua yang ahli ibadah, ahli sedekah dan ahli kebaikan akan tetapi telah membiarkan sang anak tanpa ada bimbingan agar semakin dekat kepada Allah dan tanpa pembekalan untuk di akhirat. Maka disebabkan keteledorannya dalam mempersiapkan masa depan anaknya di akhirat maka ia pun ikut rugi bersama sang anak di neraka jahannam. Wallahu a’lam bishshowab